Wednesday, June 13, 2012

Agency & Loan to Deposit Ratio


  Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Tujuan kredit itu sendiri adalah untuk mendapat profitability yang aman dan bank pemerintah yang mengemban tugas sebagai agent of development yaitu  sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Oleh karena itu salah satu kegiatan operasional bank yang digunakan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat sebagai bentuk intermediasi yaitu dengan pemberian kredit.

       Dalam rangka mendorong masyarakat menggunakan dana bank melalui fasilitas kredit  ini kemudian bank banyak bekerjasama dengan lembaga-lembaga independent seperti leasing ataupun agency, yang berusaha menyediakan dana kepada masyarakat dengan persyaratan pinjaman yang lebih mudah. Seperti halnya agency yang berusaha meningkatkan kredit melalui pemberian pinjaman berupa uang kepada masyarakat dengan cara yang lebih mudah dibandingkan dengan melakukan pinjaman langsung kepada bank. Namun, dengan konsekuensi tingkat bunga yang lebih tinggi.

       Dalam Operasional Perbankan banyak usaha yang dilakukan untuk mencari indikator penting dan strategi guna mengukur tingkat kinerja suatu bank. Berkenaan dengan hal tersebut maka untuk mengetahui sampai seberapa besar tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank adalah dengan melihat nilai rasio kredit terhadap simpanan dana pihak ketiga yang dikenal dengan istilah Loan to Deposit Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat sert modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang tela didistribusika ke masyarakat.
Oleh karena itu, semakin banyak jumlah kredit yang diberikan maka semakin tinggi pula LDRnya, berlaku juga kebalikannya. Ini juga memperlihatkan bahwa jumlah kredit yang diberikan dari LDR tinggi maka jumlah laba yang diterima oleh bank dari pendapatan bunganya pun akan semakin tinggi.


Loan to Deposit Ratio

      Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana berupa simpanan dari masyarakat, termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Sangat tidak wajar apabila bank sampai menyalurkan dana melebihi dana yang diterimanya pada setiap tahun. LDR mempunyai peranan yang sangat penting sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga LDR dapat juga digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya suatu fungsi intermediasi bank.
Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 81%-100%. Sedangkan menurut ketentuan bank sentral, batas aman LDR suatu bank adalah 110%. Dalam arti apabila LDR di atas 110 persen berarti likuiditas bank kurang baik karena jumlah DPK (giro, tabungan, dll) tidak mampu menutup kredit yang disalurkan sehingga bank harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk menutup kekurangannya. Dana dari call money bersifat darurat, sehingga Bank tidak menggunakan dana semacam itu untuk membiayai kredit.


Fungsi LDR

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa LDR pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan. Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain :
·         Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank.
·         Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR minimum 50%),
·         Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum) sebuah bank.
·      Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang akan merger.


Rumus LDR

Penyebab LDR Rendah

     Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa perbankan nasional pernah mengalami kemerosotan jumlah kredit karena diserahkan ke BPPN untuk ditukar dengan obligasi rekapitalisasi. Begitu besarnya nilai kredit yang keluar dari sistem perbankan di satu sisi dan semakin meningkatnya jumlah DPK yang masuk ke perbankan, maka upaya ekspansi kredit yang dilakukan perbankan selama sepuluh tahun terakhir sepertinya belum berhasil mengangkat angka LDR secara signifikan.

Agency

    Agency adalah suatu lembaga keuangan non bank yang bertugas menyediakan jasa kredit kepada masyarakat dengan jaminan lebih ringan daripada bank.. Agensi memberikan pinjaman berupa uang kepada masyarakat dengan syarat yang lebih mudah dibandingkan dengan melakukan pinjaman langsung kepada bank dengan konsekuensi tingkat bunga yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pinjaman yang diberi oleh agency adalah  kredit konumtif, yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif (konsumsi masyarakat), seperti kartu kredit.

Agency kartu kredit

     Agency yang dibentuk oleh bank penerbit kartu kredit (Card Issuer) untuk memasarkan produk kartu kredit mereka ke masyarakat. Untuk pemasarannya agancy akan merekrut dan menugaskan para agen-agen kartu kredit mereka ke masyarakat. Pada dasarnya, perusahaan agensi bukan saja tergantung pada pinjaman tunai maupun kartu kredit saja tetapi juga obligasi dan berbagai produk bank lainnya, tergantung produk yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan serta kerjasama antara pihak bank dan perusahaan agensi. Banyak bank yang menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga non bank ini, dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas bank.

Hubungan Agency dan LDR

     Untuk meningkatkan rasio LDR, maka bank harus meningkatkan tingkat penyaluran kreditnya. dengan cara menaikkan agency sehingga bank tumbuh pesat karena indonesia termasuk conumer loan. Dengan kata lain, peningkatan agency akan membuat jumlah kartu kredit yg beredar dimasyarakat juga meningkat sehingga bank akan menyalurkan dana berupa pemberian kredit ke masyarakat yang mengakibatkan LDR naik.


Referensi :

Jurnal Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Loan To Deposit Ratio dan Dampaknya Pada Pendapatan Bunga Bank oleh  Iman Pirman Hidayat  dan Hana Hujaemah.

Wednesday, June 6, 2012

Cash Reserves

Untuk mempertahankan likuiditasnya manajemen bisnis perbankan membentuk cadangan kas. Dilihat dari strategi untuk mempertahankan likuiditas, cadangan dalam perbankan dapat dibedakan dalam cadangan primer dan cadangan sekunder. Cash reserve adalah dana cadangan yang berbentuk tunai dan digunakan untuk menjaga keselamatan bank, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Penguasaan cash reserve merupakan bagian penting dari tugas manajemen likuiditas karena akan sangat menentukan apakah bank tersebut dapat merebut kepercayaan masyarakat atau tidak. Banyak bank yang sukses karena mereka berhasil mengelola cadangan tunai ini dengan dana yang baik.

Pengertian Cadangan Kas

Menurut bank Indonesia, cadangan bank adalah sejumlah uang tunai (rupiah dan valuta asing) yang dicadangkan dan disimpan di dalam khasanah serta diperhitungkan dalam pemenuhan kewajiban likuiditas minimum bank; serta fasilitas kredit yang dapat diperpanjang disertai rekening koran yang memperbolehkan nasabahnya untuk mencairkan ceknya dalam jumlah yang lebih daripada saldo yang tersedia tanpa dibebani biaya karena cerukan.

Cadangan kas merupakan aset yang dapat diakses dalam waktu yang sangat singkat ketika kebutuhan uang tunai muncul. Istilah ini sebenarnya digunakan untuk merujuk kepada dua jenis aset keuangan. Cadangan kas bisa merujuk ke saldo dalam memeriksa dan rekening tabungan atau deposito bank jangka pendek lainnya yang dapat diakses segera. Istilah ini juga dapat mencakup investasi jangka pendek yang memiliki tingkat likuiditas tinggi, seperti instrumen pasar uang. Kebanyakan bisnis beroperasi dengan setidaknya beberapa cadangan kas. Hal ini penting, karena cadangan tersebut memungkinkan untuk memenuhi pengeluaran yang sedang berlangsung dengan relatif mudah. Sudah lazim untuk sebuah bisnis mempertahankan cadangan dana khusus, seperti dana darurat atau kontingensi, efektif menciptakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam hal beberapa biaya tak terduga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, cadangan kas yang dipertahankan dalam dana kontingensi dapat digunakan untuk terus membayar gaji kepada karyawan sementara fasilitas yang rusak akibat bencana alam diperbaiki, atau untuk membantu dalam biaya perbaikan.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan penerbangan besar mempunyai dana $ 1,5 miliar pada cadangan kas untuk membiayai operasi dan menghindari kebangkrutan. Analis keuangan menggunakan beberapa rasio yang meliputi cadangan kas untuk menilai kecukupan modal. Sementara perusahaan dengan cadangan kas yang rendah mungkin dapat meminjam, layanan utang menempatkan lebih banyak tekanan pada cadangan kas masa depan. Jika cadangan kas yang habis dan kredit tidak tersedia perusahaan mungkin default pada utang mereka dan menjadi bangkrut. Untuk sebuah perusahaan investasi, cadangan kas berjangka mengambil makna lain. Aset yang dikelola mungkin termasuk cadangan kas yang besar sebagai bagian dari strategi investasi dana. Misalnya, reksa dana mungkin memegang cadangan kas yang melebihi apa yang dibutuhkan untuk pencairan tak terduga. Untuk individu, cadangan kas adalah tabungan atau kredit diadakan untuk menangani keadaan darurat atau kontinjensi lainnya.

Jenis-Jenis Cadangan Bank

Dana cadangan ini terbagi atas dua bagian, yaitu :

A.  Cadangan Primer (Primary Reserve)

   Primary reserve diperlukan untuk memenuhi permintaan efektif dari para nasabah yang muncul secara tiba-tiba. Bahasa teknis perbankan dalam mewujudkan primary reserve ini  adalah alat-alat yang dikuasai dan tercermin pada pos-pos aktiva, berupa : saldo kas dan saldo rekening pada Bank Indonesia. Cadangan primer merupakan garis pertahanan pertama sebuah bank jika para deposan menarik dana mereka.

Menurut Komaruddin Sastradipoera :

”Cadangan primer (primary reserve) dalam bank adalah aktiva tanpa dapat mendatangkan pendapatan (liquid non-earning assets) yang meliputi kas dan tagihan kepada bank lain, termasuk pula kas untuk memenuhi ketentuan cadangan wajib dan kas untuk operasi bank”.

B. Cadangan Sekunder

   Cadangan sekunder digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya kurang dari satu tahun yang sekaligus dimanfaatkan untuk mencari laba. Cadangan sekunder merupakan pinjaman dan sekuritas yang dapat dikonversikan ke dalam uang tunai tanpa kerugian yang serius. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Deposito, dan Surat Dagang adalah beberapa instrumen yang termasuk dalam cadangan sekunder. Cadangan sekunder tidak semata-mata sebagai penyangga cadangan utama, tetapi juga sebagai dana yang lincah bergerak dan ditanam dalam bentuk investasi jangka pendek dengan sifat-sifat yang tetap current.

Menurut Komaruddin Sastradipoera :

”Cadangan sekunder (secondary reserve) dalam bank adalah aktiva cair yang dapat memberikasn pendapatan (liquid earning assets) dengan tingkat resiko yang sangat minimum yang terdiri atas surat-surat berharga (sekuritas) yang sangat ’koran’ (laku keras) yang fungsinya untuk membantu likuiditas”.

Apa yang dapat mempertahankan suatu cadangan kas?

 Mempertahankan cadangan kas bisnis dapat dianalogikan dengan mempertahankan rekening tabungan pribadi. Sama seperti tabungan pribadi, kita dapat bertindak sebagai pelindung nilai terhadap masalah keuangan yang tak terduga (seperti kehilangan pekerjaan atau kematian pasangan), cadangan kas yang dapat membantu melewati perubahan permintaan pasar dan membayar biaya bisnis yang tidak terduga. Sebuah cadangan kas juga dapat membantu bisnis untuk mempersiapkan peluang bisnis yang baru.

Pengaruh Arus Kas Terhadap Cadangan Kas

Arus kas adalah pengukuran jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari bisnis selama periode waktu tertentu, seperti seminggu atau sebulan. Pada akhir periode waktu yang ditentukan, jika bisnis telah menerima uang lebih dari yang sudah dihabiskan, itu akan memiliki arus kas positif. Khususnya dalam tahap awal bisnis, kas seringkali merupakan faktor yang paling penting untuk memastikan kesuksesan. Jika sebuah perusahaan kehabisan uang tunai dan tidak mampu untuk memenuhi pengeluaran saat ini, bisnis kemungkinan bangkrut. Kecuali jika bisnis tersebut memiliki arus kas positif, mungkin sulit untuk membangun cadangan kas rekening tabungan.

Kemampuan bisnis untuk mempertahankan cadangan kas akan tergantung pada arus kas secara keseluruhan dan kehidupan bisnis tahap siklus di mana ia menemukan dirinya. Biasanya, bisnis melalui empat tahap: start-up, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Start-up perusahaan biasanya memiliki biaya yang sangat tinggi, dan arus kas sedikit atau tidak ada dan cadangan kas, karena bisnis ini belum membuat penjualan. Jika bisnis Anda pada tahap ini, Anda mungkin tidak mampu membeli banyak cadangan kas pada awalnya, tetapi Anda pasti ingin mendirikan satu setelah perusahaan Anda mulai menghasilkan kas yang cukup. Selama tahap pertumbuhan dan kematangan, mempertahankan cadangan kas akan sangat penting, baik untuk melindungi nilai terhadap masalah yang tak terduga dan untuk membiayai ekspansi melalui reinvestasi modal. Setelah berkonsultasi dengan penasihat keuangan Anda, Anda harus mempertimbangkan pembentukan rekening kas cadangan yang terpisah di lembaga keuangan. Banyak bank-bank komersial akan menawarkan berbagai alternatif cadangan kas serta beberapa bantuan terbatas dengan proses manajemen kas.

Kas rekening cadangan paling sering dibentuk di bank komersial. Ketika mempertimbangkan alat investasi, anda akan perlu menyeimbangkan aksesibilitas untuk uang dengan suku bunga. Namun, aksesibilitas untuk uang benar-benar harus menjadi pertimbangan utama Anda ketika memilih jenis account untuk dana cadangan kas. Jika cadangan kas Anda relatif kecil, Anda akan ingin dapat mengaksesnya bila diperlukan tanpa menimbulkan penalti. Bila cadangan kas lebih besar, Anda mungkin dapat menempatkan sebagian uang di rekening menawarkan suku bunga lebih tinggi. Pada dasarnya, ada tiga jenis account yang paling sering digunakan untuk memegang dana cadangan kas usaha kecil : 
(1) rekening deposito pasar uang, 
(2) sertifikat deposito dan deposito berjangka lainnya, dan 
(3) reksadana pasar uang atau surat berharga. Ada keuntungan dan kerugian untuk masing-masing.

Ada juga kemungkinan untuk menggunakan kredit sebagai sumber dana tunai darurat. Namun, kebutuhan untuk membayar kembali pinjaman tersebut dikombinasikan dengan beban bunga tinggi, alternatif ini kurang diinginkan dari akun cadangan tunai. Namun demikian, disarankan untuk memiliki jalur kredit tersedia untuk digunakan ketika Anda membutuhkannya.

Strategi yang dapat digunakan untuk membangun cadangan kas

Ada sejumlah cara untuk membangun cadangan kas. Misalnya, Anda bisa menitipkan sebagian dari kelebihan kas yang dihasilkan oleh bisnis Anda ke dalam account ini secara sistematis. Selain itu, Anda dapat menambahkan sebagian pendapatan dari investasi lain bisnismu ke rekening. Anda juga dapat mengurangi pengeluaran dan menambah uang yang disimpan atas perkiraan cadangan. Suatu cara yang bijaksana untuk memvariasikan investasi Anda  sampai tanggal jatuh tempo. Misalnya, tidak hanya menginvestasikan semua uang Anda dalam satu tahun sertifikat deposito, Anda juga bisa berinvestasi dalam hal lain dengan tanggal jatuh tempo yang berbeda sehingga keuntungan akan datang pada waktu yang berbeda juga. Kombinasikan investasi lain Anda dengan beberapa investasi surat berharga untuk mendapatkan bunga lebih tinggi. Gunakan pendekatan investasi multitier dengan menggabungkan sejumlah alat cadangan kas berbeda dengan jalur kredit dan mungkin nilai tunai polis asuransi jiwa. (jenis kebijakan ini memungkinkan Anda untuk berkesempatan membangun uang tunai yang kemudian dapat anda tarik untuk kegunaan lain. Perlu diketahui bahwa pinjaman atau penarikan akan menurunkan pembayaran akhir.) Pastikan untuk meninjau rekening kas cadangan Anda secara berkala untuk menyesuaikan keseimbangan rekening yang diperlukan.

Apakah ada kerugian untuk mempertahankan suatu cadangan kas?

Mempertahankan cadangan kas penting bagi bisnis anda sebagai rekening tabungan pribadi untuk Anda. Namun demikian ada kelemahan besar yang penting untuk diingat, yaitu: biaya peluang terlibat ketika kas Anda masih relatif menganggur. Idealnya, kelebihan kas harus diinvestasikan kembali ke dalam bisnis Anda atau diinvestasikan dalam jangka panjang sebagai alat untuk mendapatkan suku bunga atas. Mempertahankan rekening kas cadangan bank menghalangi Anda dari uang reinvestasi modal dan mungkin menghasilkan keuntungan yang jauh lebih kecil daripada yang dapat diperoleh sebaliknya.

Referensi :

Kliring & Transfer

Dalam portfolio bank, terdapat dua kolom yaitu assets (use of funds) yang terletak di sebelah kiri dan liabilities (source of funds) yang terletak di sebelah kanan. Di mana dalam assets, jika aset bertambah maka menjadi debet, sedangkan jika berkurang maka akan dicatat sebagai kredit. Hal sebaliknya terjadi pada sisi liabilities. Sebagai contoh, misalnya A melakukan penabungan tunai di bank sebesar 10 juta, maka pencatatannya di bank adalah tabungan bertambah (kredit) dan kas bertambah (debit).
(+) debit kas                       10 juta
(+)  kredit tabungan                        10 juta

Pinbuk adalah pemindahan buku, ada pinbuk debit dan pinbuk kredit. Contoh dari pinbuk debit adalah misalnya B memindahkan deposito ke tabungan sebesar 15 juta
(-) debit deposito                            15 juta
                (+) kredit tabungan                         15 juta

 Sedangkan jika C meminjam uang dengan credit card (pinjaman konsumtif) sebesar 15 juta, tetapi dia juga menabung di bank, maka disebut pinbuk kredit.
(+) debit loan (credit card)                           15 juta
                (+) kredit tabungan                                         15 juta


Dalam dunia perbankan, ada istilah yang disebut kliring. Kliring menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. 

Sebagai contoh, misalnya Joko menabung di Bank Siti yang terletak di Jakarta. Joko menabung dalam bentuk giro. Suatu hari, Joko membeli kerupuk senilai 50 Juta rupiah kepada Atun. Joko membeli kerupuk tersebut menggunakan cek. Cek tersebut berasal dari Bank Siti, tetapi Atun ingin mencairkan uangnya di Bank Karman yang terletak di Jakarta juga. Untuk mengambil duitnya dari Bank Siti, Bank Karman membutuhkan perantara yaitu BI. BI akan mengeluarkan uang tersebut jika ada R/K yang memiliki giro wajib minimum sebesar 8%. Bank Karman mengirim surat ke BI yang disebut nota debet keluar, BI meneruskannya ke Bank Siti yang disebut nota debet masuk.

BI
(-) debit R/K Bank Siti                     50 juta
                (+) kredit R/K Bank Karman                         50 juta

Bank Karman
(+) debit R/K pada BI                      50 juta
                (+) kredit tabungan Atun                              50 juta

Bank Siti
(-) debit giro                       50 juta
                (-) kredit R/K pada BI                      50 juta

Suatu hari, Atun hendak memberikan hadiah kepada Joko sebagai pelanggan terbaiknya sebesar 100 juta rupiah melalui Bank Karman. Untuk itu, Bank Karman memberikan nota kredit keluar kepada BI, BI lalu memberikan nota kredit masuk ke Bank Siti.

BI
(-) debit tabungan Karman                          100 juta
                (+) kredit tabungan Siti                                  100 juta

Bank Siti
(+) debit  R/K pada BI                     100 juta
                (+) kredit Giro Joko                         100 juta

Bank Karman
(-) debit tabungan Atun                                100 juta
                (-) kredit R/K pada BI                      100 juta

Setelah itu, tak lama kemudian terbukti bahwa Joko telah melakukan penipuan. Maka dari itu Bank Siti mengeluarkan tolakan kliring karena ternyata Joko tidak memiliki giro. 

Macam-macam surat

 
Jika hasilnya + maka bank tersebut menang kliring, jika – maka kalah.

Dalam kliring, ada istilah bank yang menang dan bank yang kalah. Jika kalah, maka deposit giro wajib minimum di BI akan bertambah, begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, Bank Karman dan Bank Siti masing-masing mempunyai deposit sebesar 100 juta, Bank Karman menyimpan 10% di BI (8% nya LRR atau legal reserve requirement, sedangkan 2% nya adalah ER atau excess reserve). Bank Siti hanya menyimpan 8% di BI. Saat itu, Bank Siti kalah kliring dan Bank Karman menang kliring. Bagi bank yang kalah kliring, maka harus membayar sesuai kekalahan kliring, misal 2 juta. Bank yang kalah harus membayarnya kepada BI, tetapi tidak secara tunai melainkan langsung dari deposit yang ia miliki di BI. Dalam kasus Bank Siti, karena ia hanya menyimpan 8% (jumlah minimal) maka ia harus meminjam ke Bank yang menang yaitu bank Karman. Pinjaman tersebut dinamakan call money.


 Portfolio Bank
 
- Cash reserves terbagi menjadi dua, yaitu kas dan R/K pada BI. Kedua hal tersebut berfungsi untuk mengukur likuiditas bank.
- Semua uang di cash reserves berasal dari deposit, kecuali kalau ada call money maka melibatkan securities.
- Loan to deposit ratio (LDR) = loan/(deposit + capital)
- Dana loan berasal dari deposit. Kalau kurang, maka diambil dari capital (perhatikan rumus LDR)
- Dana KUK berasal dari tabungan, dan kemungkinan kecil dari giro. KUK atau KIK minimal 20% dari loan. Bunga loan harus lebih besar dari bunga deposit (bunga loan > bunga deposit)
- Sedangkan securities terbagi menjadi empat, yaitu PUAB (pasar uang antar bank), PM (obligasi dan saham), KLBI (kredit likuid BI), dan holding loan.

Contoh negative mismatch adalah, jika dana dengan bunga tinggi dipinjamkan dengan bunga rendah, atau dana jangka pendek dipinjamkan untuk jangka panjang. 

Kliring beda kota
Contoh berikutnya, Atun adalah nasabah BRI Jakarta. Ia ingin mentransfer sejumlah uang kepada Joko yang merupakan nasabah BPD Papua di Mapi. Karena mereka berbeda daerah, maka harus melakukan kliring di daerah yang memiliki cabang kedua bank tersebut (Makassar misalnya). Kemudian BRI dan BPD Papua melakukan kliring melalui BI, setelah itu BPD Papua cabang Makassar melakukan transfer ke BPD Papua di Mapi. Jika BRI tidak memiliki cabang di kota yang sama dengan BPD Papua, maka Atun harus melakukan kliring dengan bank lain yang mempunyai cabang di kota yang sama dengan BRI, tetapi mempunyai cabang juga di kota yang sama dengan cabang BPD Papua.

Transfer luar negri
Satu kasus lagi, transfer luar negri. Misalnya Joko yang tinggal di China ingin mengirim uang untuk Atun di Jakarta. Ada dua cara, yang pertama disebut Bank Draft. Jadi, Joko mengirim bank draft melalui Bank of China dan surat tersebut akan dikirim lewat pos antar negara. Lalu sesampainya di Atun kemudian ditukarkan ke Bank Mandiri. Cara kedua disebut payment order. Payment order dikirimkan dari Bank of China ke Bank Mandiri, lalu Bank Mandiri memanggil Atun untuk mengambil uang tersebut. Kedua transaksi tersebut dapat berjalan apabila kedua bank tersebut mempunyai hubungan correspondent bank.

Jadi, apa perbedaan antara kliring dan transfer? Kliring terjadi kalau transaksi beda bank, tapi satu wilayah. Sedangkan transfer terjadi bila sama bank, tapi beda wilayah.


Setiap hari bank menghitung portfolio akhir hari (transaksi yang terjadi). Ada juga yang disebut portfolio akhir bulan (jumlah portfolio akhir hari ditambah bunga). Di mana hasil dari saldo akhir bulan akan menjadi saldo di awal bulan berikutnya. 

Contoh transaksi :


Untuk mencari bunga, ada 1 rumus yaitu %i x hari bunga x nominal / 365
Ada 3 metode, yang pertama metode saldo terendah (cari saldo terendah, dari contoh di atas saldo terendahnya ialah 35.000.000). yang kedua, metode saldo rata-rata (cari rata-ratanya). Yang terakhir, saldo harian (dihitung satu persatu).

Perhitungan bunga kredit ada dua cara, yang pertama flat (fix rate) contohnya leasing dan anuitas, misalnya kredit.

Tuesday, May 29, 2012

Perkembangan Suku Bunga Tahunan


Tingkat suku bunga tabungan dari keempat kelompok bank terjadi penurunan dan juga peningkatan yang signifikan. Namun, jika dilihat secara keseluruhan dari tabel di atas pada tahun 2002 sampai 2004 mengalami penurunan yang sangat drastis. Jika dilihat dari masing-masing kelompok bank ternyata rata-rata tertinggi tingkat suku bunga tabungan terjadi pada kelompok bank BPD (Bank Perkreditan Daerah) sebesar 5,73% yang disusul oleh BUMN (Bank Umum Milik Negara) yaitu 5,26% kemudian BUSN (Bank Umum Swasta Nasional) sebesar 5,14% dan yang terakhir rata-rata tingkat suku bunga yang terendah terjadi pada kelompok bank asing 5,12%. Untuk lebih jelas lihat grafik di bawah ini :

Dilihat dari grafik di atas, dari tahun 2001 sampai dengan 2010 terjadi penurunan yang  fluktuatif terhadap tingkat suku bunga. Semua bank mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2002 sampai 2004, penyebabnya adalah karena penurunan BI rate. BI rate  yang turun membuat suku bunga simpanan juga turun. Penurunan tersebut juga karena terjadinya peningkatan inflasi yang tinggi sehingga mengubah tingkat suku bunga tabungan, akibatnya daya tabung masyarakat semakin menurun.
Namun, pada Bank Asing memiliki kurva yang bergerak secara fluktuatif dimana bank ini yang awalnya memiliki nilai suku bunga terendah dari yang lain, tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan suku bunga yang sangat drastis, bahkan di tiga tahun terakhir bank Asing menaikkan suku bunga hingga mencapai line tertinggi dari kelompok bank lainnya. Ini mengakibatkan simpanan masyarakat di bank tersebut menjadi meningkat. Selain itu, di tiga tahun terakhir juga terlihat ada penurunan tingkat suku bunga pada BUMN. Tingkat suku bunga yang rendah pada BUMN ini disebabkan karena banyaknya uang yang masuk yang menyebabkan bank ini kurang produktif sehingga merendahkan tingkat suku bunganya.. Suku bunga tabungan BPD rendah karena untuk menjaga likuiditas bank dan untuk persaingan.
sumber : http://www.bi.go.id/web/id/


Thursday, April 12, 2012

Yang Menarik dari BUSN Non-Devisa

Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan juga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.
Bagaimana dengan statistik perbankan di Indonesia? Menurut saya, Bank Umum Swasta Nasional  (BUSN) Non-devisa merupakan salah satu aspek yang menarik untuk dibahas. Mengapa demikian? Karena bank tersebut merupakan bank-bank kecil yang juga memberikan pengaruh pada statistik perbankan Indonesia. Bank umum yang masih berstatus non devisa hanya dapat melayani transaki-transaksi di dalam negeri (domestik). Bank umum non devisa dapat meningkatkan statusnya menjadi bank devisa setelah memenuhi ketentuan-ketentuan antara lain: volume usaha minimal mencapai jumlah tertentu, tingkat kesehatan, dan kemampuannya dalam memobilisasi dana, serta memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam valuta asing.
Contoh Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non-Devisa antara lain :


 
Pada Statistik Perbankan Indonesia Desember 2011 yang terbit pada 15 Februari 2012 terlihat bahwa BUSN nondevisa tumbuh sangat subur sebesar 35,92%, dari 39,76 triliun rupiah per Desember 2010 menjadi 54,04 triliun rupiah per Desember 2011. DPK pun tumbuh amat subur 34,64%, dari 50,26 triliun rupiah menjadi 67,67 triliun rupiah. Lalu apa pengaruh dari naiknya angka angka tersebut? Terntu saja laba yang meningkat juga. Laba meningkat sebanyak 115,84% dari 1,01 triliun rupiah menjadi 2,18 triliun rupiah. Hal tersebut bisa terjadi karena BUSN nondevisa memiliki penghasilan bunga bersih (net interest margin/NIM) tertinggi yaitu 9,21% per Desember 2011. Laba yang meningkat tersebut berimbas pada return of assets (ROA) yang meningkat dari 1,82% menjadi 2,95%. Hal itu berarti bahwa kualitas aset BUSN nondevisa semakin baik. Jika diringkas menjadi grafik, maka terlihat seperti di bawah ini : 

Lalu apa yang menjadi tantangan bagi bank-bank mungil tersebut? Tantangan bukan hanya menghadapi persaingan perbankan nasional yang makin tajam, tetapi banyak tantangan dari luar seperti akan adanya kenaikan harga BBM dan tariff dasar listrik atau TDL. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut tentunya BUSN harus mengantongi modal yang besar, meningkatkan efisiensi, memperbaiki kualitas kredit, dan terakhir, jika ketiga hal tersebut sudah terpenuhi, maka BUSN harus siap menghadapi inflasi yang sangat tinggi. 

Sumber :
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/86324