Saturday, February 18, 2012

Teori Ekonomi, meringkas 15 jurnal

-          Impact of Oil Price Subsidy Reduction Policy on Performance of Wood Products Industry

Subsidi BBM dihitung sebagai selisih antara penjualan produk BBM dalam negri dengan komponen biaya pokok pengadaan BBM. Dua komponen biaya pokok yang pertama yaitu biaya pengadaan minyak mentah dan bahan baku lain, serta biaya pembelian produk BBM. Tahun Anggaran 1998/1999 besarnya subsidi harga BBM yang dibayarkan oleh pemerintah kepada Pertamina adalah Rp 27.5 triliun. Nilai subsidi BBM ini merupakan selisih dari penjualan BBM dalam negeri sebesar Rp 22.5 triliun dan komponen biaya BBM sebesar Rp 50 triliun.
Dengan pengurangan subsidi harga BBM sebesar 30% atau kenaikan harga BBM rata-rata 12%, jumlah anggaran subsidi harga BBM dalam RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2000 masih tinggi yaitu Rp 18.3 triliun.
                Kenaikan harga BBM dikhawatirkan mendorong lebih jauh penurunan kinerja industri hasil hutan kayu, khususnya dalam hal penawaran dan permintaannya. Karena potensi kayu hutan alam telah menurun, hal ini telah menyebabkan biaya logging meningkat secara riil dari sebelumnya. Juga dalam biaya pemanenan kayu, komponen BBM berkontribusi signifikan (sekitar 30%)
Jadi, model industri hasil hutan kayu yang dibangun telah menangkap realitas yang menjadi perhatian dalam kinerja industri hasil hutan kayu dan dapat menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi yang terbentuk sesuai dengan prediksi teori. Hasil ini  juga menunjukkan bahwa model yang dibangun dapat digunakan sebagai alat simulasi dan peramalan. Dengan model yang diperoleh, dampak kebijakan pengurangan subsidi harga BBM terhadap kinerja industri hasil hutan kayu dan kesejahteraan sosial dianalisis.
                Secara umum, kenaikan harga BBM dengan adanya subsidi dari pemerintah cenderung inelastis, hal ini dikarenakan terbatasnya barang substitusi dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue sangat dipengaruhi oleh subsidi dari pemerintah kepada perusahaan industri kayu tersebut.



-          Trade Liberalization and Labor Demand Elasticity in Indian Manufacturing

Dari hipotesis yang ada, elastisitas permintaan tenaga kerja di industri India meningkat karena adanya liberaslisasi perdagangan. Ada alasan untuk percaya bahwa liberalisasi perdagangan akan menyebabkan peningkatan nilai absolute yaitu elastisitas permintaan tenaga kerja terhadap tingkat upah. Peningkatan didalilkan dalam elastisitas permintaan tenaga kerja yang timbul dari liberalisasi perdagangan memiliki implikasi penting bagi hasil pasar tenaga kerja, terutama di negara berkembang.
Liberalisasi perdagangan dapat menyebabkan penurunan pangsa biaya tenaga kerja karena barang produksi yang setengah jadi atau belum dirakit dapat diimpor oleh perusahaan industry untuk digunakan dalam proses produksi. Liberalisasi perdagangan meningkatkan elastisitas permintaan tenaga kerja. Liberalisasi perdagangan memiliki dampak positif pada elastisitas permintaan tenaga kerja di industry India. Perdagangan bebas dan permintaan tenaga kerja di industri India adalah elastis karena permintaan tenaga kerja di India pada masa pasca-reformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya atau gaji untuk tenaga kerja selalu mengalami penurunan.

-          Determinant of Indonesian Palm Oil Export

Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia karena berhasil menguasai 46% pangsa pasar minyak sawit dunia. Hal itu terlihat jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Indonesia mengekspor minyak sawit lebih banyak di banding dengan negara Malaysia dikarenakan faktor lahan di Indonesia yang lebih luas dan memungkinkan untuk di tanami kelapa sawit lebih banyak.  Melalui penelitian ini, elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan ekspor minyak sawit Indonesia adalah inelastis baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek untuk ekspor sebesar 0,54 dan untuk income sebesar 0,61. Serta jangka panjang untuk ekspor sebesar 0,41 dan untuk income sebesar 0,49. Temuan ini penting untuk strategi pemasaran seperti diferensiasi produk (produk dengan nilai tambah) sehingga menciptakan layanan khusus untuk konsumen yang loyal dan meningkatkan standar kualitas, serta penting untuk kebijakan pemerintah (kebijakan perdagangan dan peraturan domestik) harus diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung ekspansi minyak sawit di Indonesia.
Inelastis pada minyak sawit terjadi karena:
- Efek barang substitusi terhadap perubahan harga tidak terlalu besar
- Pilihan produk-produk lainnya sebagai barang pengganti jumlahnya tidak banyak

-          Economic Impact of Tourism and Globalization in Indonesia

Globalisasi bisa berdampak baik dan buruk bagi produksi, dengan penurunan harga domestik maka membuat para produsen lebih kompetitif dalam bersaing dengan pesaing yang ada di pasar. Sebenarnya ini merangsang produsen dalam negri dan meningkatkan lapangan pekerjaan dan PDB. Meningkatnya produksi otomatis meningkatkan permintaan pasar dalam negri, yang juga otomatis meningkatkan impor tapi menurunkan ekspor. Berkurangnya ekspor menyebabkan berkurangnya pajak yang diterima pemerintah, hal ini berakibat pada berkurangnya kemampuan pemerintah untuk membiayai anggaran pengeluarannya tapi konsumsi rumah tangga meningkat dan kesejahteraan dalam negri juga meningkat.
Dalam kasus ini bisa dikatakan elastis karena adanya hubungan antara harga yang menurun, permintaan, dan income yang meningkat. Untuk mencegah terjadinya inelastic maka pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk menaikkan harga dan menurunkan tariff pajak.

-          Estimating the Effect of Urban Density on Fuel Demand

Jurnal yang dilakukan di 32 negara besar ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana kepadatan jumlah penduduk kota dapat mempengaruhi permintaan relatif bahan bakar untuk transportasi. Karena banyaknya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka jarak yang ditempuh penduduk di perkotaan relatif lebih singkat. Pemakaian transportasi umum dapat menghemat pemakaian BBM sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisien. Hal ini menyebabkan padatnya penduduk kota  terhadap permintaan bahan bakar bersifat inelastis.
                                                Harga BBM mempengaruhi permintaan bahan bakar sebagian besar melalui variasi dalam konsumsi bahan bakar per km dan jarak mengemudi bukan kepemilikan mobil. Hal ini dapat mencerminkan harga bahan bakar tidak mempengaruhi permintaan mobil.

-          Playing with Fire : Cigarettes, Taxes and Competition from the Internet

Para peneliti sebelumnya berpendapat bahwa rokok itu bersifat inelastis sehingga menaikkan pajak dan dapat menghasilkan banyak pendapatan di Amerika Serikat.  Di sisi lain, rokok adalah salah satu penyebab utama masalah kesehatan di negara ini.
Dengan adanya internet, konsumen dapat membeli rokok dari negara lain atau secara online sehingga konsumen tidak perlu membayar pajak kepada negaranya. Tingkat elastistasnya pun meningkat dari -1,28 menjadi -2,09 walaupun pajak sudah di naikkan 33%. Pajak yang lebih tinggi menyebabkan penyelundupan lebih besar dan jumlah penyelundupan tambahan telah tumbuh secara signifikan dengan munculnya Internet. Karena setelah diteliti jumlah penyelundupan yang timbul dari perubahan tarif pajak negara hampir dua kali lipat karena munculnya internet.  
 Dapat disimpukan bahwa pajak rokok tdak sensitif terhadap permintaan rokok di Amerika Serikat. Dengan adanya internet juga membuat pendapatan negara menjadi kecil dan tidak mengurangi tingkat konsumen menjaga kesehatannya.

-          Impact of Advertising on Prices
Respon konsumen terhadap promosi mengidentikasikan bahwa keputusan konsumen terhadap merk dan banyaknya jumalah produk terhadap potongan harga yg ada pada produk tersebut. Pada umumnya sensitivitas harga sebagian besar dirasakan pada kalangan masyarakat menengah kebawah, konsumen menengah kebawah sangat peka akan harga dan alternatif produk. Para konsumen ini biasanya membeli produk pada saat produk tersebut ditawarkan dengan harga yang lebih murah. Namun lain halnya bagi masyarakat menengah keatas yang mempunyai persepsi sendiri tentang harga, dimana mereka menilai harga yang mahal mengidentifikasikan kualitas dari produk tersebut.
Pada tahun 1950-1970 menurut Steiner iklan sangat meningkat karena adanya peran sponsor dalam pembiayaan, karena iklan tidak hanya digunakan untuk menjual produk tetapi juga kepentingan-kepentingan lainnya seperti politik.
Iklan juga mempengaruhi elastisitas konsumen dalam memberi barang, berikut kurvanya
Berdasarkan grafik diatas angka menunjukan rating sebuah iklan. Rating iklan bisa muncul akibat dari penilaian dari pihak konsumen yang menilai apakah iklan tersebut memiliki citra yang kuat, jadi semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan semakin sangat tinggi, hal ini akan mempengaruhi elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin konsumen percaya akan suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi

-          Impact of Food Prices on Consumption
Fenomena yang terjadi di Amerika Serikat adalah elastisitas permintaan harga pada makanan tidak sehat lebih tinggi daripada makanan sehat. Untuk menyelesaikan hal ini, peneliti berusaha menghubungkan pemberlakuan pajak dan subsidi untuk menganalisis dampaknya terhadap bahan makanan. Caranya, dengan menetapkan pajak terhadap makan yang kurang sehat diharapkan dapet mengurangi mengurangi permintaan makanan kurang sehat. Sebaliknya, diberlakukan subsisi pada makanan sehat agar harga menurun dan permintaan naik.
Hasilnya, dengan pemberlakuan subsidi terhadap harga buah buahan dan sayur mayur menyebabkan penurunan harga sebesar 10%, dan berhasil meningkatkan permintaan akan buah dan sayur sebesar 7,0% untuk buah dan 5,8% untuk sayur, besarnya penurunan harga rupanya tidak meningkatkan permintaan secara signifikan sehingga harga buah dan sayur dikatakan inelastis. Harga bukanlah satu satunya faktor yang dapat menyebabkan masyarakat Amerika lebih memilih makanan yang tidak sehat, tetapi faktor lain adalah gaya hidup. Orang orang di Negara maju cenderung memilih bahan makanan cepat saji dengan alasan efisiensi, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang barang tersebut, sehingga sayuran dan buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastis. 

-          Life Insurance Demand Determinants
Permintaan akan asuransi di Asia bersifat elastis pada saat terjadi krisis ekonomi. Hal ini disebabkan karena dengan adanya krisis, maka perekonomian terganggu dan mengurangi pendapatan masyarakat di Asia. Rendahnya pendapatan membuat standar hidup masyarakat asia pada saat itu rendah, dengan pendapatan yang rendah mereka hanya mengutamakan untuk konsumsi. Maka perubahan harga asuransi akan sangat mempengaruhi jumlah permintaan akan asuransi.
Kemudian, dengan adanya perbaikan ekonomi setelah adanya  krisis membuat pendapatan masyarakat asia terus meningkat dan memiliki pendapatan yang cukup tinggi sehingga membuat standar hidup masyarakat semakin tinggi dan makin sadar akan pentingnya asuransi. Dengan demikian, permintaan terhadap asuransi pasca krisis ekonomi hinggga kini bersifat inelastis, atau perubahan harga asuransi tidak akan terlalu mempengaruhi jumlah permintaannya.

-          Long Term Price Elasticity
Penelitian ini meneliti efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar. Dialkuakan beberapa eksperimen antara lain, dampak perubahan harga atas kepemilikan kendaraan. Didapatkan hasil bahwa masyarakat bisa mengubah pola piker mereka dengan adanya kenaikan harga BBM. Mereka menjadi enggan untuk memakai kendaraannya atau membeli kendaraan baru. Kedua, dilakukan eksperimen mengenai harga bahan bakar di wilayah tertentu. Hasilnya, terdapat perbedaan harga di desa dan di kota. Harga di perkotaan cenderung lebih mahal dari pedesaan karena faktor perbedaan tingkat permintaan.
Penelitian yang ketiga adalah tentang efek perubahan harga di dua wilayah yang berbeda. Didapatkan hasil bahwa efek perubahan harga di pedesaaan dan perkotaan terjadi karena sifat elastisitas di perkotaan bersifat elastis karena populasi di perkotaan lebih besar sedangkan di pedesaan bersifat inelastis karena populasi masyarakat yang kecil.
Efek jangka panjang yang akan terjadi adalah kemungkinan pendapatan substansi dalam biaya transportasi terutama dalam harga BBM membuat orang bereaksi mengatur jarak tempuh dan mengubah jenis mobil dan memilih mesin lebih kecil atau lebih hemat bahan bakar. Untuk jangka panjang, elastisitas harga bensin berkisar antara -0,14 sampai -0,54 dan diesel 0,32. Harga BBM naik tidak berarti juga naik atau turunnya tingkat permintaan dari BBM tersebut. Masyarakat lebih melihat efisiensi dari penggunaan bahan bakar dan menggantinya dengan diesel.

-          Price and Income Elasticity of Residential Water Demand
Di tahun 2011 ada permasalahan mengenai elastisitas permintaan terhadap air di USA dan Eropa. Karena di sana mulai diterapkan penggunaan tarif untuk pemakaian air di setiap perumahan. Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara elastisitas harga dan elastisitas penghasilan karena bila digambarkan elastisitasnya mendekati 0. Nilai elastisitas yang mendekati 0 ini disebabkan oleh adanya pemakaian air yang tidak terkontrol di masyarakat sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah air yang dipasok dengan jumlah air yang dipakai. Akibatnya di USA diadakan penelitian untuk mengurangi kesenjangan di elastisitas tersebut. Metode yang digunakan antara lain metode increasing block rate tarif yang hasilnya adalah kebutuhan air menjadi lebih elastis dan elastisitas pendapatan menurun dan metode decreasing block rate tarif yang hasilnya berbanding terbalik dengan metode increasing block rate tarif. Namun dalam kenyataannya dari kedua metode ini kita tidak bisa menentukan mana yang akan menghasilkan elastisitas tertinggi karena hal ini bergantung pada kompleksitas masalah yang ada seperti kondisi geografis lingkungan, suhu, cuaca, dsb.

-          Price Elasticity Dynamics over the Product Life Cycle
Suatu produk pada umumnya mengalami tingkat inelastisitas tertinggi pada fase awal siklus hidup produk. Sedangkan produk tersebut mengalami elastisitas pada saat pembelian kembali pada fase puncak (maturity) di mana tingkat penjualan mencapai tingkat tertinggi. Setelah tahap maturity produk akan memasuki fase decline (penurunan). Pada fase ini, produsen perlu memperbaharui kembali produknya agar konsumen tidak mengalami kejenuhan. Sebab persaingan semakin ketat dan mencapai tingkat elastisitas tertinggi.
Berdasarkan pengalaman yang ada, menunjukkan bahwa keseluruhan kategori harga penjualan bersifat elastis. Ada lima barang yang diteliti yaitu freezer (-22,8), kompor (-3,2), kulkas (-2,3), setrika uap (-2,2), dan blender (-2,2). Terlihat bahwa barang yang memiliki elastisitas tertinggi adalah freezer. Hal itu disebabkan karena freezer tidak memiliki barang subsitusi. Berdasarkan pembelian pertama yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali, menunjukkan bahwa hasil penelitian Simon tentang pentingnya daya jual merk, menjadi bukti empiris dari dinamika elastisitas barang tersebut.

-          Regional Differences in Price Elasticity of Demand for Energy
Borosnya pemakaian listrik dan banyaknya pemadaman mulai membuat kita mulai berpikir tentang bagaimana cara menghemat pemakaian listrik. Department of Energy telah melakukan riset terhadap beberapa sumber energi antara lain listrik rumahan, gas alam dan listrik industri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Ada tiga hal yang bisa dilakukan sebagai alternatif, yaitu mengganti secara total, mencari subsitusi dan meminimalisir penggunanan listrik.
Jika diadakan kenaikan harga, konsumen tidak dapat mengurangi pemakaian listrik secara drastis, tapi hanya bisa berhemat. Kenaikan demand dapat dipengaruhi oleh kenaikan income. Jika income meningkat, konsumen dapat saja membeli peralatan elektronik baru sehingga meningkatkan penggunaan listriknya.

-          Relative Importance of Price & Quality
Kompetisi telah menjadi kata kunci untuk mengurangi inflasi biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam dua dekade terakhir. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Swedia,dan negara-negara kurang berkembang, seperti beberapa republik bekas Uni Soviet, Kolombia, Chili. Semuanya memeluk dalam reformasi sektor kesehatan baru-baru ini. Perawatan kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sektor, yaitu sektor publik dan swasta. Ada dua kendala yang ditemui yaitu permintaan pasar untuk layanan dan penyediaan input. Hipotesa dari kasus yang ada di Mesir adalah, masyarakat Mesir lebih memilih sektor swasta dan rela membayar lebih tinggi demi mendapat kualitas yang terbaik. Hal itu dikarenakan penghasilan masyarakat Mesir yang rata-rata sudah mencukupi.
Jika penyedia melakukan penurunan harga maka akan ada pengorbanan kualitas. Sebaliknya, jika penyedia meningkatkan kualitas maka akan ada pengorbanan harga yang lebih tinggi untuk meningkatkan layanan atau penambahan teknologi. Ada pula asumsi yang dapat diberikan adalah penyedia terlibat dalam persaingan harga. Berdasarkan asumsi ini, misalnya elastisitas kualitas meningkat, maka penurunan harga kemungkinan besar dicapai dengan efisiensi. Tapi kalau permintaannya inelastis, persaingan harga dapat menyebabkan kualitas yang rendah. Lain halnya jika penyedia cenderung lebih dalam persaingan kualitas, hal itu akan sangat penting untuk memahami aspek-aspek yang diinginkan konsumen. Jika konsumen responsif terhadap aspek kualitas yang meningkatkan hasil kesehatan, pemerintah mungkin lebih mengandalkan kekuatan pasar untuk menjamin kualitas layanan.
Pada jurnal ini ada hipotesa proporsi relatif bawha sektor swasta memegang angka lebih tinggi dan rela membayar lebih tinggi dibandingkan memilih sektor publik yang kualitasnya terhitung rendah. Setelah itu pada penelitiannya ditemukan bahwa pasien lebih responsive pada perubahan kualitas daripada perubahan harga. Ini disebabkan karena yang dibahas disini adalah sector kesehatan yang mempertaruhkan nyawa, maka pengorbanan berupa materipun rela dilakukan. Selain itu pada penelitian terdalulu juga ditemukan bahwa elastisitas pendapatan pengeluaran perawatan kesehatan > 1 , dimana itu berarti bersifat elastis. Ini berarti seiring dengan bertambahnya pendapatan, maka porsi dari pendapatan juga akan lebih besar untuk pergi ke pelayanan kesehatan.
Tetapi hal ini tidak berlaku rata pada seluruh kalangan masyarakat, walaupun rata-rata masyarakat memang lebih responsive terhadap peningkatan kualitas, ini dikarenakan ada dua golongan income masyarakat, seperti dijelaskan dibawah ini.

 
Indikasi dari kualitas ini terbagi menjadi dua, yaitu:
·         Indikasi kualitas : kualitas dokter dan obat.
·         Indikasi intrapersonal : kualitas pelayanan, teknologi, kenyamanan, dll.
Jika sektor publik ingin dapat bersaing dengan sector swasta maka mereka harus bisa manjamin kualitas layanan dengan baik, atai jika tidak sasaran mereka untuk pangsa pasar harus lebih dispesifikasi lagi dengan menyasar masyarakat miskin yang memang belum mampu untuk melakukan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi yang meminta biaya tinggi pada sector swasta.

-          The Impact of Advertising on Consumer Price
Jurnal ini menjelaskan bagaimana aktivitas pemasaran iklan TV dalam mempengaruhi sensitivitas harga konsumen yang dihadapi sebuah merk. Penelitian dilakukan di Chicago dan Atlanta menggunakan 18 merk pasta gigi, sikat gigi, deterjen dan kecap. Hasilnya terbukti bahwa iklan dapat menyebabkan suatu produk semakin dikenal banyak orang. Selanjutnya orang akan menyukai merk tersebut tanpa mempedulikan harganya. Hal ini yang disebut bahwa iklan yang dapat menarik konsumen akan menurunkan sensitivitas harga.
Ada dua cara untuk mempengaruhi elastisitas harga permintaan untuk merek. Pertama, iklan dapat mempengaruhi parameter dari fungsi permintaan konsumen individu untuk membuat konsumen individu lebih atau kurang sensitif terhadap harga. Yang kedua, iklan dapat mempengaruhi komposisi dari himpunan konsumen yang membeli merek.

No comments:

Post a Comment