Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan juga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.
Bagaimana dengan statistik perbankan di Indonesia? Menurut saya, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non-devisa merupakan salah satu aspek yang menarik untuk dibahas. Mengapa demikian? Karena bank tersebut merupakan bank-bank kecil yang juga memberikan pengaruh pada statistik perbankan Indonesia. Bank umum yang masih berstatus non devisa hanya dapat melayani transaki-transaksi di dalam negeri (domestik). Bank umum non devisa dapat meningkatkan statusnya menjadi bank devisa setelah memenuhi ketentuan-ketentuan antara lain: volume usaha minimal mencapai jumlah tertentu, tingkat kesehatan, dan kemampuannya dalam memobilisasi dana, serta memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam valuta asing.
Contoh Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non-Devisa antara lain :
- Anglomas Internasional Bank (Surabaya)
- Bank Andara, sebelum tanggal 30 Januari 2009 bernama "Bank Sri Partha"
- Bank Artos Indonesia (Bandung)
- Bank Bisnis Internasional (Bandung)
- Centratama Nasional Bank (Surabaya)
- Bank Dipo International
- Bank Fama Internasional (Bandung)
- Bank Harda Internasional
- Bank Ina Perdana
- Bank Jasa Jakarta
- Bank Kesejahteraan Ekonomi
- Bank Liman International
- Bank Mayora
- Bank Mitraniaga
- Bank Multi Arta Sentosa
- Bank Nationalnobu, sebelum tanggal 12 November 2008 bernama "Bank Alfindo Sejahtera"
- Prima Master Bank
- Bank Pundi Indonesia, sebelum tanggal 23 September 2010 bernama "Bank Eksekutif Internasional"
- Bank Royal Indonesia
- Bank Sahabat Purba Danarta (Semarang), sebelum tanggal 16 September 2009 bernama "Bank Purba Danarta"
- Bank Sinar Harapan Bali
- Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Bandung)
- Bank Victoria Internasional
- Bank Yudha Bhakti
Pada Statistik Perbankan Indonesia Desember 2011 yang terbit pada 15 Februari 2012 terlihat bahwa BUSN nondevisa tumbuh sangat subur sebesar 35,92%, dari 39,76 triliun rupiah per Desember 2010 menjadi 54,04 triliun rupiah per Desember 2011. DPK pun tumbuh amat subur 34,64%, dari 50,26 triliun rupiah menjadi 67,67 triliun rupiah. Lalu apa pengaruh dari naiknya angka angka tersebut? Terntu saja laba yang meningkat juga. Laba meningkat sebanyak 115,84% dari 1,01 triliun rupiah menjadi 2,18 triliun rupiah. Hal tersebut bisa terjadi karena BUSN nondevisa memiliki penghasilan bunga bersih (net interest margin/NIM) tertinggi yaitu 9,21% per Desember 2011. Laba yang meningkat tersebut berimbas pada return of assets (ROA) yang meningkat dari 1,82% menjadi 2,95%. Hal itu berarti bahwa kualitas aset BUSN nondevisa semakin baik. Jika diringkas menjadi grafik, maka terlihat seperti di bawah ini :
Lalu apa yang menjadi tantangan bagi bank-bank mungil tersebut? Tantangan bukan hanya menghadapi persaingan perbankan nasional yang makin tajam, tetapi banyak tantangan dari luar seperti akan adanya kenaikan harga BBM dan tariff dasar listrik atau TDL. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut tentunya BUSN harus mengantongi modal yang besar, meningkatkan efisiensi, memperbaiki kualitas kredit, dan terakhir, jika ketiga hal tersebut sudah terpenuhi, maka BUSN harus siap menghadapi inflasi yang sangat tinggi.
Sumber :
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/86324