Sunday, November 6, 2011

Artikel Teori Ekonomi : Perkembangan Perdagangan Sepatu di Indonesia

bersama Filona 
    Sepatu adalah suatu jenis alas kaki (footwear) yang biasanya terdiri bagian-bagian sol, hak, kap, tali, dan lidah. Pengelompokkan sepatu biasanya dilakukan berdasarkan fungsinya, seperti sepatu resmi (pesta), sepatu santai (kasual), sepatu dansa, sepatu olahraga, dan sepatu kerja. Satuan untuk ukuran sepatu mengikuti beberapa standar dan berbeda di bagian-bagian dunia. Pengukuran ukuran sepatu seseorang biasanya dilakukan dengan menggunakan piranti brannock.


Industri Sepatu Sebagai Penyerapan Sumber Tenaga Kerja
     Industri sepatu telah menyerap tenaga kerja langsung sekitar 450.000 orang dan tenaga kerja tidak langsung sekitar 210.000 orang. Industri sepatu belakangan ini telah menjadi daya tarik investor asing dari china, jepang, india, korea selatan dsb. Industri sepatu di indonesia mempunyai prospek yang baik, karena bahan baku cukup, tenaga kerja relatif murah dan fasilitas kondusif

Masa Kejayaan Sepatu Indonesia Sedang Bangkit Kembali
     Setelah krisis asia 1977 mengurangi pesanan buyers terhadap produk sepatu indonesia, sekarang merek sepatu raksasa seperti adidas, lacoste, puma dan sejumlah merek sepatu casual kini mulai kembali masuk ke indonesia. Bahkan adidas telah mengalihkan sebagian ordernya dari cina setelah melihat iklim investasi di indonesia membaik.
Dari kejayaan ekspor kulit tahun 1986-1996 telah berubah menjadi kejayaan ekspor produk jadi berbahan baku kulit seperti 2,4 miliar dolar as yang menduduki urutan ketiga di bawah tekstil dan kayu sebagai komoditas ekspor utama non migas sepatu, jaket, tas, sarung tangan dsb.
     Pada dekade tahun 1990an, kulit indonesia menjadi incaran indusri sepatu dunia, karena mutunya sangat khas. Indonesia ekspor sepatu sport 70% dari total ekspor. Total pasar sepatu dunia sekitar us$47,8 milyar.
     Tahun 2011  ekspor sepatu bakal tumbuh 10% dibanding tahun 2010. Artinya, nilai ekspor alas kaki di prediksi akan meningkat dari us$ 2,1 miliar tahun ini menjadi us$ 2,4 miliar di 2011. Sebaliknya, penjualan alas kaki lokal di dalam negeri bakal melorot lantaran sulit menandingi serbuan sepatu asal China yang lebih murah. penurunan (di pasar domestik) bisa sampai 20%. Bahkan sampai akhir 2010, nilai penjualan alas kaki di dalam negeri akan mencapai sekitar Rp25 triliun. Sebanyak 60% di antaranya atau sekitar Rp15 triliun disumbang sepatu lokal. sisanya sepatu impor yang sebagian besar dari China.
     Dengan penurunan sebesar 20%, tahun depan, artinya, penjualan sepatu merek lokal akan merosot dari Rp15 triliun tahun ini menjadi Rp12 triliun. Padahal, secara nasional, penjualan alas kaki di dalam negeri pada tahun 2011 diprediksi bakal tumbuh lebih dari 20%.

Keseimbangan Supplay Bahan Baku Kulit Bermutu
     Pasokan bahan baku kulit di indonesia melimpah. Pemerintah mendorong agar bahan baku industri sepatu di dalam negeri terjamin pasokannya. Dengan kebijakan pemerintah, saat ini kebutuhan kulit untuk industri sepatu berimbang dengan ekspor bahan baku kulit ke manca negara. Kulit yang dihasilkan baik dari domba, kulit buaya maupun kulit ular, banyak tersedia di dalam negeri.

Unggul Dalam Mutu dan Desain
     Indonesia awalnya telah unggul dalam produk sepatu sport di pasar global. Produk sepatu non sport indonesia mempunyai nilai lebih dibandingkan produk dari negara lainnya. Produk indonesia jauh lebih unggul terutama dalam kerapihan sehingga lebih mudah masuk ke industri fashion.

Peluang Peningkatan Ekspor ke Eropa Semakin Terbuka
     Keputusan komisi uni eropa untuk mengenakan kebijakan anti dumping terhadap produk sepatu Cina dan Vietnam april 2006, peluang kepada industri sepatu nasional untuk menggenjot ekspor ke pasar Eropa semakin terbuka. Nilai ekspor sepatu dua negara itu ke pasar uni eropa tahun 2005 mencapai sekitar us$ 7 miliar, masing-masing us$ 2 miliar dari Vietnam dan us$ 5 miliar dari Cina yang dinilai terlalu banyak sehingga perlu dibatasi dengan target penurunan 20% dibandingkan dengan tahun lalu. Berkurangnya ekspor sepatu dari China dan Vietnam ke Eropa membuat perhatian masyarakat Eropa beralih ke sepatu diluar kedua negara termasuk ke sepatu asal Indonesia. Pameran sepatu Indonesia di Prancis dan Belanda banyak dikunjungi masyarakat setempat.

Shopping for Tourist
     Disain dan kualitas sepatu Indonesia banyak dikenal turis asing sebagai salah satu obyek shoping di pusat produsen sepatu seperti di Cibaduyut. Turis datang langsung pakai sepatu cibaduyut yang terkenal bagus dan murah. Mutu, disain dan harga yang baik lebih dikenal melalui informasi turis dari mulut ke mulut tanpa banyak propaganda. Tempat di pusat industri sepatu berada di banyak tempat di Indonesia. Bahan baku pendukung melimpah. Menurutnya, sumber daya alam untuk bahan baku kulit di Indonesia sebenarnya cukup melimpah. Hanya saja SDM di sektor industri pengolahan kulit, belum optimal menghasilkan produknya. Terbukti industri sepatu masih enggan menggunakannya karena alasan kualitas, terutama dalam cara pengolahan yang belum memenuhi standar di pasar internasional.

Industri Sepatu Di Indonesia Menarik Investor Asing
Sanksi komisi Eropa terhadap ekspor sepatu China dan Vietnam mendorong daya tarik industri sepatu di Indonesia. Sejak China dan Vietnam dikenai anti dumping pada april 2006 sudah ada 2.500 pabrik di RRC berguguran. Pemerintahan RRC mendukung pengusahanya yang mau melakukan relokasi dengan bantuan pinjaman dana. Indonesia dipilih karena telah menjadi tujuan produsen sepatu ketiga di dunia setelah RRC dan Vietnam. Saat ini sudah beroperasi 15 pabrik sepatu dari pengusaha asing. Sebanyak 11 pabrik berlokasi di Jawa Timur dan 4 berada di wilayah Jakarta. Kelimabelas perusahaan itu berasal dari Korea 2 pabrik, RRC 3 pabrik, Vietnam 1 pabrik, Singapura 1 pabrik, India 1 pabrik dan sisanya asal Taiwan. Merek sepatu yang diproduksi itu seperti marks and spenser, lotto, puma, adidas satu pabrik, nike 2 pabrik, echo perluasan pabrik, lacoste, diadora perluasan satu pabrik, timberland. Investor asing disamping memajukan industri sepatu juga turut mengembangkan industri kulit. Sebagai gambaran, ke-15 perusahaan sepatu asing itu mengeluarkan investasi us$ 170 juta dengan menyerap 250 ribu tenaga kerja.

Meningkatkan Disain Kualitas Dan Kepuasan
     Melalui kerjasama antara asosiasi persepatuan dan asosiasi kulit dibuat suatu grand design untuk membuat sepatu kulit lebih bermutu dan disain yang unggul untuk kepentingan ekspor ke pasar global. Meningkatkan diversifikasi model sepatu tidak hanya sepatu sport saja. Disain dan kualitas bahan baku beragam baik dari kulit binatang domba, sapi, ular phyton atau sanca, serta kulit buaya dan biawak.  Di zaman era globalisasi ini buyer sensitif terhadap harga, mutu dan pelayanan, tetapi buyer dunia yakin Indonesia bisa mempertahankan daya saing, sehingga pesanan sepatu Indonesia untuk konsumen global selalu terpelihara. Sejumlah pemegang merek sepatu dunia lainnya seperti Puma dan Lacoste serta beberapa merek sepatu casual lainnya juga menambah pesanannya dari Indonesia.

Kesimpulan:
     Indonesia perlu meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari sepatu yang di produksi untuk membuat sepatu lebih bermutu. Jangan pernah takut untuk mengeluarkan model-model terbaru, dan jangan takut untuk bersaing dengan produk-produk China. Indonesia harus mengoptimalkan SDM di sektor industri pengolahan kulit agar bahan baku yang melimpah tidak disia-siakan begitu saja.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepatu



No comments:

Post a Comment